Rabu, 15 April 2009

Warna Cahaya Kehidupan


Ambillah sejumput makna dalam rimba belantara kehidupan kita, perjalanan mana yang telah kita lalui, adakah ruang warna didalam jiwa kita?

Warna Terang?

Warna Kelam?

Warna Kelabu?


Lalu, warna manakah yang dominan dalam hidup kita,
yang menggerakkan cahaya didalam hati kita?

Cahaya terang, gelap, ataukah temaram....

Sisipkanlah setitik cahaya dalam gelap,
maka tampaklah semburat raut kehidupan kita,
yang terpedaya oleh kehampaan dan kepalsuan.

Sebetulnya, kita bisa lebih berarti, sebelum akhir kehidupan kita.

Setitik cahaya itu adalah tulisan kita dalam media ini (blog), pesan yang kita sampaikan adalah warna-warni kehidupan kita,
yang kan membawa berkah bagi kita atau orang lain.

Gadis Ilalang

Tak pelak lagi, laki-laki muda itu termenung di pematang sawah, menerawang kisah cintanya dengan Ilalang, seorang gadis muda yang entah sampai kapan ia harus menunggunya di pematang sawah itu, kehadirannya di pagi itu berharap gadis Ilalang ada di sana, menyambut senyumnya seperti yang sudah-sudah. Ia menyebut Ilalang, karena sang gadis selalu membawa bunga Ilalang di tangannya.
Di pagi yang gelap, gadis Ilalang tak datang untuk menemuinya, hati laki-laki muda menjadi cemas, karena kata-kata yang akan diurai untuk mencurahkan isi hatinya akan disambut gadis Ilalang yang tak pernah mau memperkenalkan dirinya, hanya setiap ditanya siapa namanya, gadis itu selalu tersenyum, kemudian tangannya yang menggenggam batang bunga ilalang ditunjukkan dihadapan muka sang pemuda. Akhirnya laki-laki muda itu menyebutnya gadis Ilalang yang bisa terbang mengikuti arah angin dan jatuh disembarang tempat sambil menumbuhkan benih baru.
Betulkah gadis itu seperti bunga ilalang?

Sabtu, 04 April 2009

Peranan Agama dalam Bimbingan Konseling



PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING

(Oleh : Takdir Firman Nirwana, S.Psi.)

“Tiadakah mereka melakukan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada dalam (rongga) dadanya.” (Al Hajj : 46)

Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.

Menurut pendapat para ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian.

Dengan demikian, pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

“Dan demi nafs dan yang menciptakannya, maka diilhamkan-Nya kepada jiwa tersebut kefasikan dan ketakwaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya” (Asy-Syam:7-10)

A. Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling

Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :

“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)

Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.

“Berkata orang-orang tiada beriman:”Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya?”

Jawablah :”Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.

Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)

Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At Tahrim:6)

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (As-Syu’ara:214)

Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah perkembangan anak diantaranya :

“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Baihaqi)

“Seseorang supaya mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih baik daripada bersedekah satu sha” (HR At Turmudzi)

“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya” (HR Ibnu Majah)

Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :

  1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif.
  2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social.
  3. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya.
  4. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.

Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu.

Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Mujadalah 58:11)

B. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling

Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.

Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT.

2. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat.

3. Memiliki Prinsip Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.

4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an Al Karim.

5. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”

6. Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada “Ketentuan Allah”

Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu “Shalat lima waktu”, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “puasa”. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan.” (Ali Imran : 104)

Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbiungan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Rum : 30)

Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamanya, dalam hal ini Agama Islam.

Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.

Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.

Daftar Pustaka

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana.

Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ.Jakarta : Penerbit Arga.

Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.

Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.

Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang

Struktur Dasar Yang Perlu Diterapkan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar


STRUKTUR DASAR YANG PERLU DITERAPKAN GURU

DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

A. Pengantar

Guru adalah profesi, guru profesional adalah guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam pendidikan, tanpa dedikasi tinggi maka proses belajar mengajar akan kacau balau. Dalam proses belajar menagajar, yang telah berlangsung di dalam kelas, dapat dietemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses belajar mengajar yang dapat juga dinyatakan sebagai struktur dasar dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan murid dalam mencapai xita-citanya. Seperti tertuang pada hadis Nabi Khairunnaas anfa’uhum linnaas artinya sebaik baik manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain[1].

Menurut Zakiah Darajat (1992), tidak sembarangan orang dapat melakukan tugas guru, tetapi orang=orang tertentu yang memenuhi persyaratan berikut ini yang dipandang mampu : bertakwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik[2].

B. Komponen-komponen Proses Belajar Mengajar

1. Prosedur Didaktik

Istilah prosedur didaktik menunjuk pada kegiatan-kegiatan tenaga pengajar dalam mengelola proses belajar mengajar didalam kelas. Banyak literatur menggunakan istilah “teaching strategi”, “technique”, “method”, dan lain lain. Istilah prosedur didaktik dapat diartikan sebagai prbuatan=perbuatan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar, yang menyangkut penyajian materi pelajaran, agar siswa dapat mencapai tujuan instruksional tertentu atau denagan cara sefektif mungkin. Tindakan ini dapat ditentukan dalam rangka persiapan pengajaran. Pelaksanaannya saat interaksi antara guru dan siswa dalam kelas atau luar kelas (ruangan).

Prosedur-prosedur didaktik dapat digolongkan menurut tiga pola, yaitu :

1) Pola Narasi (pengisahan), materi pelajaran disajikan oleh guru dan penyajiannya dipimpin oleh guru pula.

2) Pola Perundingan Bersama, materi pelajaran dibentuk oleh guru bersama siswa Pimpinan dapat dipegang oleh guru atau siswa.

3) Pola Pemberian Tugas, siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan materi pelajaran, karena tugas yang diberikan oleh guru. .

Khusus untuk pola 2 dan 3, dapat dibentuk kelompok agar terjadi interaksi antara tenaga pengajar dan kelompok siswa atau interaksi antar kelompok.

2. Media Pengajaran

Menurut E. De Corte media pengajaran dapat diartikan sebagai sarana nonpersonal yang digunakan atau disajikan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksioanl..

Dalam beberapa pandangan hal-hal yang berhubungan dengan media pengajaran ini dikaitkan dengan Teknologi Pendidikan atau Teknologi Pengajaran, yang pembahasannya meliputi :

a) Penggunaan perangkat elektro mekanis dalam pengajaran, misalnya OHP, VCD, dan LCD.

b) Pengajaran melalui media elektro mekanis, misalnya teaching machine menurut model Skinner dan computer.

c) Model Pengajaran atau teori pengajaran, dengan menerapkan data hasil penelitian dalam berbagai cabang Psikologi dan mengembangkannya, sehingga dapat disebut pendekatan system.

d) Studi ilmiah mengenai penggunaan media dalam proses belajar mengajar (educational technology)..

3. Pengelompokan siswa

Dalam proses nelajar-mengajar memungkinkan kerjasama antara guru dan kelompok siswa atau antara kelompok siswa yang satu dengan kelompok siswa lainnya. Jika dalam kelas dibagi atas beberapa kelompok yang bekerjasama di dalam atau di kuar kelas, maka dapat diikuti tiga pola berikut :

a. Pola bekerja parallel, masing-masing kelompok diberi materi pelajaran atau bahasan yang sama, semua kelompok merundingkan topik yang sama atau mengerjakan hal yang sama. Hasil kajian materi bahasan diberikan dan dibandingkan satu sama lain, selanjutnya ditarik kesimpulan dalam sidang pleno.

b. Pola bekerja komplementer, masing-masing kelompok mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-masing topic merupakan bagian dari keseluruhan mata pelajaran. Melalui laporan yang diberikan masing-masing kelompok, siswa dari kelompok lain juga mendapat materi yang disajikan.

c. Pola campuran parallel dan komplementer, dua kelompok atau lebih mendapat tugas yang sama dan dua kelompok lain atau lebih mendapat tugas lainnya yang berbeda, dan kedaua tugas tersebut dapat dikaitkan.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran (subject matter) harus dibedakan dari isi (content) dalam tujuan instruksional khusus. Materi pelajaran adalah sarana yang digunakan dalam tujuan instruksional, bersama dengan prosedur didaktik dan media pengajaran, materi pelajaran dapat membawa siswa kedalam tujuan instruksional. Materi pelajaran dapat berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah, persolan, gambar, audio video, dan lain-lainnya.

Misalnya, dalam tujuan instruksional khusus, siswa harus mampu menjelaskan keunggulan dari struktur bangunan candi Borobudur, dengan membuat gambar dan uraian tertulis sebanyak satu halaman folio.

Dengan demikian jelas, bahwa criteria pemilihan materi pelajaran berkaitan erat dengan tujuan instruksional, keadaan awal yang actual dan komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar. Perlu dipilih materi pelajaran yang paling sesuai, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif, sehingga membantu untuk mencapai tujuan intruksioanl seefesien dan seefektif mungkin.

C. Penutup

Proses kegiatan belajar mengajar harus ada interaksi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, sehingga tidak adapat dipsahkan begitu saja, karena keduanya saling membutuhkan. Dalam hal ini akan terwujud pendidik yang berkepribadian kuat, sehimgga profesionalisme guru terbentuk dan peserta didik yang berkompeten.yang mampu mengembangkan wawasan-wawasan baru, sehingga akan diperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh dalam mencapai harapan-harapannya. Dalam proses belajar mengajar guru dan murid secara bersama-sama harus memahami dan berusaha untuk mampu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, karena banyak tuntutan bagi peningkatan mutu pendidikan, penanggulangan kenakalan remaja, dan kelambanan sekolah dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaa. Tuntutan itu ditimpakan ke pundak sekolah dengan para guru didalamnya, perlu diingat bahwa guru adalah pahlwan tanpa tanda jasa. Permasalahan pendidikan bila mau jujur bukanlah sekedar persoalan belajar mengajar atau didik mendidik semata, namun merupakan rangkaian sebuah manajerial dalam sebuah sistem yang memerlukan sederetan jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi kahasanah pembelajaran di Indonesia ini.

oOo

DAFTAR PUSTAKA

Ad. Rooijakkers. 1980. Mengajar dengan sukses, Gramedia, Jakarta.

H. Dirawat. 1993, Sistem pembinaan professional dan cara belajar siswa aktif, Grasindo, Jakarta.

Qomari Anwar. 2001. Pendidikan sebagai karakter budaya bangsa, Uhamka Press, Jakarta.

__________. 2002. Reorientasi Pendidikan dan Profesi Keguruan, Uhamka Press, Jakarta.

Winkel, WS. 1989. Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta.



[1] Qomari Anwar, Reorentasi Pendidikan dan Profesi Keguruan, Uhamka Press 2002

[2] ibid

Perjalanan Manusia

Sperma+Indung Telur:
Cikal Bakal Kita Di Bumi
(Sperm + Ovum : Our Embryo is on earth)
Lalu Kita Jadi Janin, kita tidak tahu siapa orang tua kita nanti di bumi, dari suku apa? dari agama apa? dari ras apa? dari ningrat atau rakyat jelata, kita tidak tahu...
..Setelah kita lahir ke bumi, orang tua kita (orang dewasa disekitar kita) akan membentuk character sperti yang mereka inginkan...
..Indahnya masa kanak-kanak, kita bermain tanpa beban, indahnya dunia kanak-kanak...
..Masa Remaja, masa mengenali identitas diri, mengenali lawan jenis, melakukan peran 'perilaku' sesuai dengan tugas-tugasnya..
..masuk dunia kerja, setelah masa pendidikan dilewati, kerja sesuai dengan jenjang pendidikan yg telah dilalui...
..Nikah, idaman manusia normal, untuk mengakhiri masa 'kesendirian', untuk menghidupkan peran jenis kelaminnya
..Memiliki anak adalah harapan setelah pernikahan terjadi. Bila belum punya anak, ber-do'a-lah, Ingatlah kisah Nabi Ibrahim,
..Masa Tua, saat organ tubuh tidak berfungsi dengan baik, perbanyaklah mendekatkan diri pada Illahi Robb'
..Kematian, sangat dekat disetiap usia, sudahkah kita berbuat baik sampai detik ini?
..Kalo sudah masuk liang lahat, apa yang bisa kita perbuat? Ada pepatah berujar : tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat..
-Wahai manusia, berjalanlah diatas bumi ini dengan segala kerendahan hati, janganlah menyombongkan diri, jadikanlah diri kita manusia yang bermanfaat bagi generasi yang akan datang, dekatkanlah diri pada Allah SWT.
Rahmat dan Hidayah Allah SWT bersama orang-orang yang bertakwa dan beriman, seperti anda! Amin. tengok aku juga di http://nirwanalife.multiply.com

Jadilah Yang Terbaik

Sebaik baik warisan manusia sesudah mati ada 3 macam (HR Muslim) 1. Anak yang saleh, yang selalu mendoakan orang tuanya. Selama kita mendo'akan orang tua kita, maka kita akan mendapat pahala, bila kelak kita punya anak, maka kita akan mendapat rahmah dan hidayah dari Allah SWT, asal kita bisa mendidik anak dengan baik dan benar. 2. Meninggalkan ilmu yang bermanfaat. Tularkanlah ilmu pengetahuan yang telah kita peroleh, bisa mengajarkan langsung, menulis dalam blog (media lain) atau menyusun buku, semakin kita rajin menularkan ilmu pengetahuan maka ilmu kita akan bertambah luas dengan sendirinya. 3. Amal Ibadah, selama didunia ini mari tingkatkan ibadah kita, sebelum ajal menjemput kita, berlomba-lombalah menuju kebaikan, perbaikilah hubungan antarmanusia (hablum minannas) dan perbaikilah hubungan dengan Allah SWT (hablumminallah). Bila mampu memenuhi 3 kriteria diatas, Insya Allah, Pintu Surga Terbuka Lebar-lebar untuk Anda. Amin.

Piala Dunia 2022 QATAR

 Bagi penggemar sepakbola, piala dunia adalah yang ditunggu-tunggu (fifa world cup) Sumber : https://www.antaranews.com/infografik/3240849/p...